Beberapa waktu lalu aku teringat masa dimana aku menjadi anak TK. Pikiran yang sempit dan hanya berkelut dengan dunianya sendiri. Aku tak punya teman saat itu, aku lebih senang bermain dengan teman khayalanku. Aku mengobrol seolah memang sedang mengobrol bersama teman. Aku sering terlihat mengobrol sendiri merangkul yang tak terlihat.
Yang aku ingat adalah ketika aku bermain dengan mainanku sendiri aku tak suka ada orang yang dekat denganku. Bermain ayunan sendiri, bermain perosotan sendiri, dan aku hanya ingat ibuku. Ayahku sibuk kerja saat itu, sedikit sekali ingatan tentang ayah. Aku punya kaka tetapi dia tak seperti kaka untukku. Dia lebih menyayangi sodara sepupuku yang umurnya satu tahun di atasku. Aku sudah terbiasa sendiri sedari kecil, dan aku menikmati kesendirianku. Aku punya topeng topeng keceriaan yang selalu kutunjukan kepada seluruh orang, hanya untuk mendapat terhatian dari ibu dan ayahku. Kakakku entahlah bukan suatu yang penting untukku dekat dengannya.
Dunia menurutku hanya bangun pagi pergi TK di antar ibu di bekali makanan, di TK yang kulakukan hanya bermain dan memakan bekalku. Menunggu ibu yang kadang-kadang telat menjemputku. Mengobrol pada orang yang bertanya padaku tanpa mengingat mereka.
Ayah adalah sosok yang sibuk dengan kerjaannya, dia membahagiakanku dengan memberikan alat-alat elektronik yang belum ku pahami. CD player, Nitendo, Sega alat alat elektronik yang dia beri. Tapi aku hanya suka lilin bebek yang di taruh di plastic berisi air berwarna merah, aku suka balon pesawat yang ayahku beri padaku saat aku mengunjunginya di kantornya. Meski semua itu mudah sekali rusak. Tapi ingatan barang-barang itu selalu terkenang. Karena barang-barang itu tak pernah menarik perhatian kakakku. Barang-barang itu tak pernah ia kuasai. Karena dia hanya ingin bermain dengan sega, nitendo, dan menonton tv acara kesukaanya.
Kakak dulu aku tak pernah mengerti mengapa kau membenciku. Mungkin karena kita sama-sama tak tahu apa itu baik dan buruk. Aku tak tahu kalau aku mengambil duniamu, tak tahu kalau kau tak suka berbagi perhatian orangtua kita saat itu. Aku hanya berusaha agar kau mau menerimaku saat itu. Meski itu tak pernah terjadi.
Suatu saat ketika ada acara keluarga ibu, ayah, dan kakak pergi jauh. Hingga harus pergi pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Aku tak kalian ajak karena terlalu kecil dan sedang sakit. Kalian mengunciku di dalam rumah sendiri, saat aku tak bisa membuka pengunci pintu. Dirumah hanya aku dengan barang barang elektronik tak berguna yang tak bisa kunyalakan selain televisi. Aku menangis sedari pagi hingga jam sore, aku berteriak tapi tak ada yang memelukku. Seharian itu aku tak makan karena tak bisa menggapai rak piring yang tinggi. Aku menahan lapar hingga aku nangis sambil tertidur. Aku tak pernah mau kalian tinggalkan.
Aku hanya anak kecil saat itu. Aku tak pernah menyangka aku bisa ingat semua. Beberapa keeping ingatan yang seharusnya ku lupakan, karena seharusnya aku tak harus menjalaninya, tapi itu hidupku jalanku pengalamanku dan bagian dari diriku.
Saat ibu melahirkan adik pertamaku, aku ingin sekali ikut bersamamu meski aku masih kecil. Tapi aku hanya ingin bersamamu. Tapi ayah mengalihkan perhatianku untuk menonton acara favoritku dank au membawa kakak bersamamu malam itu. Aku hanya kau tinggalkan bersama om dan tante. Untung saat masih sekecil itu aku punya nenek dan seorang sepupu lelakiku yang sangat memperhatikanku. Mengajarkanku cara makan yang baik, mengajarkanku apa yang tak kubisa lakukan.
Saat itu di teras rumah nenek ada aku, nenek, dan andi. Nenek dan andi mengajarkanku cara makan yang baik. Aku ingat saat itu mamah sedang di rawat di rumah sakit aku terlalu kecil hingga tak boleh berada disana. Aku bahagia saat itu. Aku kangen nenek. Nenek saat kematianmu aku sangat hancur. Tapi tak mengerti apa yang terjadi. Aku tak bisa menangisi kepergianmu. Entah aku tak bisa menerima kenyataan, entah aku terlalu kecil. Terimakasih sudah menjadikanku cucu kesayanganmu.
Ini hanya dunia masa kecil yang sangat teringat olehku. Sangat nyata untukku. Dan sekarang aku tak pernah menyesali masakecilku. Masalalu yang aku punya adalah bagian dariku. Aku saying ibu, ayah, kakak, adik, andi, dan nenek. Semoga kalian selalu mendapat yang terbaik.